Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia

 

Hewan pemamah biak adalah sekumpulan hewan pemakan tumbuhan yang mencerna makanannya dalam dua langkah: pertama dengan menelan bahan mentah, kemudian mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna dari perutnya dan mengunyahnya lagi

Lambung hewan-hewan ini tidak hanya memiliki satu ruang (monogastrik) tetapi lebih dari satu ruang (poligastrik, harafiah: berperut banyak).  

SKEMA PROSES PENCERNAAN TERNAK RUMINANSIA

Proses pencernaan hewan ruminansia yaitu makanan ⇒ mulut ⇒ kerongkongan ⇒ rumen ⇒ reticulum ⇒ sebagian kembali ke mulut ⇒ makanan dikunyah ulang⇒ kerongkongan ⇒ omasum ⇒ abomasum ⇒ usus halus ⇒ usus besar ⇒ rektum ⇒ anus.

Hewan pemamah biak secara teknis dalam ilmu peternakan serta zoologi dikenal sebagai ruminansia. Hewan-hewan ini mendapat keuntungan karena pencernaannya menjadi sangat efisien dalam menyerap nutrisi yang terkandung dalam makanan, dengan dibantu mikroorganisme di dalam perut-perut pencernanya.

Semua hewan yang termasuk subordo Ruminantia memamah biak, seperti sapi, kerbau, kambing, domba, jerapah, bison, rusa, kancil.

Ternak ruminansia terdiri dari ruminansia besar diantaranya sapi dan kerbau dan ruminansia kecil diantaranya kambing dan domba. Ruminansia memiliki sistim pencernaan yang berbeda dengan ternak yang lain.  

Sistim pencernaan ruminansia memiliki beberapa tahapan dalam mencerna makanan.  Mengetahui sistim pencernaan ternak yang dipelihara oleh peternak sangat bermanfaat untuk mengetahui bagaimana cara kerja saluran pencernaan sehingga memudahkan dalam penanganan jika terjadi kasus-kasus pada pencernaan. 

Pencernaan adalah tempat dimana makanan diperoses di dalam tubuh. Pencernaan ternak ruminansia berbeda dengan ternak yang lain, ternak ruminansia memiliki lambung ganda.  Proses pencernaan  ternak ruminansia terjadi secara mekanis (didalam mulut), secara fermentatif (oleh enzim-enzim pencernaan) (Sutardi, 1979).  Organ pencernaan pada ternak ruminansia terdiri dari mulut, rumen, retikulum, omasum, abomasum, usus halus, sekum, kolon dan rektum.  Rumen memiliki ukuran yang paling besar yaitu 80 %, retikulum 5 %, omasum 7 % dan abomasum 8 % (Church, 1988). 

A. Pencernaan Secara Mekanis

            Pencernaan secara mekanis dilakukan di dalam mulut, HPT yang telah direnggut dikunyah didalam mulut kemudian di telan, setelah istirahat dikeluarin kembali dan dikunyah lebih halus, hal ini disebut memamah biak. Pengunyahan di dalam mulut bercampur dengan saliva (air liur) untuk membantu proses pengunyahan dan menelan makanan.   Saliva memiliki pH sekitar 8,2 dan dengan kandungan sodium bikarbonat yang tinggi.  Saliva berfunsi sebagai buffer yang membantu menetralkan pengaruh asam dari pakan yang dikonsumsi ternak  setelah masuk ke dalam rumen.

B.  Pencernaan pada Rumen

            Rumen disebut juga perut besar karena merupakan bagian lambung terbesar di dalam sistem pencernaan ternak ruminansia.  Permukaan rumen dilapisi oleh papilia. Rumen berfungsi sebagai tempat fermentasi oleh mikroba, tempat absorbsi VFA dan tempat pencampuran pakan. Rumen sapi memiliki berbagai jenis bakteri yang berbeda dengan jumlah yang sangat banyak dan beberapa tipe protozoa yang membantu memanfaatkan serat dari bahan pakan dan sumber Nitrogen non protein. Rumen pada ternak ruminansia memiliki ukuran yang paling besar dibandingkan dengan lambung yang lainnya.  pH ideal dalam rumen adalah 6-7, pada pH tersebut mikroorganisme akan tumbuh dengan baik.  Jika pH rumen sering terjadi perubahan diluar pH 6-7 maka sebagian dari jenis mikroorganisme akan mati sehingga mengurangi pemanfaatan pakan yang di proses di dalam rumen.  Pemberian konsentrat dengan persentase yang tinggi dapat meningkatkan performa ternak dalam jangka waktu yang pendek namun pemberian konsentrat dengan persentase yang tinggi dapat menyebabkan asidosis.  Jika produksi VFA dan asam laktat tinggi dan melebihi kapasitas absorbsinya dan kemampuan menuju gastro intestinal maka akan terjadi asidosis.

Bakteri menghasilkan enzim untuk menguraikan makanan sehingga membantu ternak memanfaatkan nutrisi yang ada di dalam pakan.  Lingkungan bakteri harus memiliki kondisi pH maupun suhu yang sesuai dengan pertumbuhannya. Fermentasi dalam rumen terjadi konversi karbohidrat menjadi volatile fatty acids (VFA) dan gas serta menkonversi selulosa menjadi energi.  Produksi gas di dalam rumen terdiri dari methan dan karbondioksida yang berjumlah 20-40% (DeLaval, 2002). Jika gas menumpuk dalam rumen akan dikeluarkan melalui sendawa. 

C.  Pencernaan pada Retikulum

Retikulum disebut juga perut jala karena permukaan bagian dalamnya mirip dengan jala atau sarang lebah.   Rumen dengan retikulum hampir tidak berjarak. Retikulum juga membantu regurgitasi (ruminasi).  Retikulum berfungsi sebagai tempat fermentasi pakan oleh mikroorganisme.  Hasil fermentasi retikulum diantaranya adalah VFA, amonia dan air. Bahan pakan yang difermentasi terutama VFA, amonia dan air pada retikulum mulai diabsorbsi.

D.  Pencernaan pada Omasum

Omasum adalah lambung ketiga dari ternak ruminansia.  Omasum disebut perut buku karena memiliki lipatan-lipatan seperti buku berupa lipatan-lipatan logitudinal.  Pencernaan pada omasum masih terjadi fermentasi mikroorganisme.  Omasum berfungsi sebagai pengatur arus ingesta ke abomasum dan menyaring partikel yang besar.  Terjadi penyerapan air yang terkandung di dalam hijauan pakan ternak oleh dinding omasum, di dalam omasum enzim bekerja menghaluskan hijauan.

E.  Pencernaan pada Abomasum

Abomasum terbagi atas tiga bagian yaitu : florika yang merupakan sekresi mukus, fundika (sekresi pepsinogen, renin dan mukus) dan Kardia yang merupakan sekresi mukus.  Abomasum tempat permulaan pencernaan protein dan mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum.  Pakan di abomasum akan dicerna kembali dengan bantuan asam klorida dan berbagai enzim.  Asam klorida membantu mengaktifkan enzim pepsinogen melakukan pencernaan.

F.  Pencernaan pada Usus Halus

Setelah selesai pencernakan pakan di abomasum maka akan dilanjutkan ke usus halus.  Usus halus terdiri dari duodenum, jejenum dan ileum. Dodenum kondisinya asam sehingga bakteri dari lambung tidak bisa hidup di duodenum.  Kondisi asam akibat dari percampuran asam dari abomasum, getah pankereas, hati, kantung empedu dan kelenjar dari usus halus.  kemudian makanan akan mengalami pencernaan dengan bantuan enzim yang dihasilkan dari dinding usus. Makanan pada tahap ini partikelnya lebih halus.  Setelah itu makanan berlanjut pada ileum, ileum memiliki banyak vili yang berfungsi memperluas bagian penyerapan sehingga penyerapan akan lebih optimal.

G.  Pencernaan pada Usus Besar

            Usus besar kususnya caecum dan kolon, Sisa-sisa dari pencernaan sebelumnya didorong dengan peristaltik usus ke usus besar.  Sisa-sisa dari pencernaan sebelumnya masih mengandung mineral dan air. Penyerapan mineral dan air paling banyak di usus besar, penyerapan terjadi melalui dinding usus.  Zat-zat yang diserap akan didistribusikan ke seluruh tubuh yang membutuhkan, sedangkan sisa atau ampas dari penyerapan  akan dikeluarkan melalui rektum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages