Pages

Minggu, 12 Januari 2020

Cara membuat Phefoc Plus / Pestisida Organik / Pestisida Nabati

 

Pembuatan 100 liter PHEFOC PLUS 
  • Umbi gadung         10  kg
  • Tembakau                          5  kg
  • Daun sirsat, kecubung, maja   200  lembar
  • Urin        60  %
  • Air leri        30  %
  • PHEFOC            2  liter
  • Di fermentasi            3  hari
Cara Pembuatannya: 
Semua bahan di tumbuk / di blender di campur dan di fermentasi anairob selama 3 hari
Dosis penggunaan 100-250 ml/tangki 

1. Bawang putih 
Bahan aktif : Allisin / antibiotik
Opt : Wereng. walang sangit. penggerek batang. ulat. hama penghisap dan embun tepung
Bisa juga untuk mencegah layu fusarium dan bakteri 

2. Tembakau
Bahan aktif : Nikotin
Opt : walang sangit. penggerek batang  dan hama penghisap ( trips )

3. Daun sirsak
Bahan aktif : Annonain
Opt : thrips. walang sangit . wereng dan penggerek batang

4. sereh
Bahan aktif :  Silica
Opt : Ulat . kutu daun  dan serangga

5. Daun pepaya
Bahan aktif : Papain
Opt : ulat dan hama penghisap

6. Lengkuas
Bahan aktif : Minyak atsiri, flavonoid, fenol, terpenoid.
Opt : Ulat grayak  bisa juga untuk mengatasi jamur / layu fusarium  dan anti bakteri

7. Cabe
Bahan aktik :  Piperin
Opt :  Tikus dengan cara mengurangi nafsu makan 

8. Kecubung 

Bagian dari tanaman kecubung yang dimanfaatkan untuk dibuat pestisida adalah daun, buah, dan batangnya karena pada bagian tersebut mengandung racun syaraf yang sangat kuat. sehingga racun tersebut dapat dimanfaatkan untuk pestisida alami guna menanggulangi serangga.


Sebenarnya masih banyak lagi  bahan lainnya dan sasaran opt nya tidak jauh dengan bahan2 yg di atas.

Untuk komposisi pembuatan  -/+ 5 liter
Bawang putih 100 - 200 gram
Tembakau  2 - 3 genggam
Daun sirsak 20 - 25 lembar
Sereh 10 - 12 batang
Daun pepaya 2 lembar
Lengkuas 1/ 2  - 1 kg  ( ukuran  lebih banyak  bisa berfungsi sebagai pestisida dan Fungisida )
Cabe ( Cabe rawit merah ) 100 gram, PHEFOC 10 tutup botol 

Silahkan anda kreasikan,  sesuaikan saja Bahan dan tujuan untuk Hama  apa ???  dan sesuaikan  juga dengan kebutuhan
Untuk opt  Sebaiknya lebih baik mencegah dari pada mengobati spray sesuaikan dengan kondisi tanaman
pengobatan  spray seminggu 2 x dan tidak lupa tambahkan 2 sendok sabun cuci piring untuk perekat
Dosis pencegahan 100 - 150 ml pertanki
Dosis pengobatan 200 - 250 ml pertanki
Setelah penyaringan simpan dengan  dalam botol / jerigen dan simpan di tempat yang teduh ( bisa bertahan -+ 2 - 3 bln )
Penggunaannya jangan  di campur  dengan Poc lakukan dengan spray tunggal saja


Pembuatan Pestisida Nabati 

1. Ekstrak Biji Nimba/Mimba 
 OPT sasaran: wereng batang coklat, penggerek batang, dan nematode 
Bahan dan alat: 
• Air 1 lite
. PHEFOC 2 tutup 
• Alcohol 70% 1 cc 
• Biji nimba 50 gr 
• Penumbuk/penghalus 
• Ember 
• Sprayer 
Cara membuat: 
1. Biji nimba ditumbuk halus dan diaduk dengan alcohol 
 2. Encerkan dengan 1 liter air + PHEFOC 
 3. Larutkan diendapkan semalam lalu disaring 
 4. Larutan siap diaplikasikan ke tanaman 
 5. Serangga akan mati setelah 2 – 3 hari 

 2. Ekstrak Daun Sirsak 
 a. OPT sasaran: wereng batang coklat
Bahan: 
1. 50 lembar daun sirsak 
2. Satu gemgam(100 gr) rimpang jaringau 
3. Satu siung bawang putih 
4. Sabun colek 20 gr / sabun cuci piring 2 sdm 
PHEFOC 3 tutup 
5. Air 3 liter 
Cara membuat: 
1. Daun sirsak, jaringau, dan bawang putih di haluskan 
2. Seluruh bahan dicampur dan direndam dengan air + PHEFOC selama 3 hari 
3. Larutan disaring 
4. Untuk aplikasi 1 liter larutan dicampur dengan 10 – 15 liter air 
5. Larutan siap diaplikasikan
 
b. OPT sasaran: hama Thrips 
Bahan: 
1. 50-100 lembar daun sirsak 
2. 15 gr sabun (detergen) 
3. PHEFOC 5 tutup 
4. 5 ltr air 
Cara membuat: 
1. Daun sirsak ditumbuk halus 
2. Tambahkan 15 gr detergen 
3. Tambahkan 5 ltr air + 5 tutup PHEFOC 
4. Diaduk agar terjadi larutan 
5. Larutan diendapkan semalam 
6. 1 ltr larutan diencerkan dengan 10-15 ltr air 
7. Disemprotkan 
 
3. Ekstrak Sirtem (Sirih dan Tembakau) 
OPT sasaran: Belalang dan ulat 
Bahan: 
1. 50 lembar daun sirsak 
2. 5 lembar daun tembakau atau satu genggam tembakau 
3.20 liter air 
4. 15 tutup PHEFOC 
5. 20 gr sabun colek/detergen (2 sdm sabun cuci piring) 
Cara membuat: 
1. Daun sirsak dan daun tembakau ditumbuk halus 
2. Bahan dicampur dengan air + PHEFOC dan diaduk hingga rata 
3. Bahan didiamkan selama satumalam 
4. Larutan disaring kemudian diencerkan (ditambah dengan 50 – 60 air) 
5. Larutan siap digunakan
 
4. Ekstrak Belengse (Nimba, Lengkuas, Serai) 
OPT sasaran: hama/penyakit secara umum
Bahan: 
1. 8 kg daun nimba 
2. 6 kg lengkuas 
3. 6 kg serai 
4. 20 gr sabuncolek /detergen 
5. 20 liter air 
Cara membuat: 
1. Daun nimba, lengkuas dan serai dihaluskan 
2. Bahan yang telah halus dilarutkan dalam 20 liter air  
3. Didiamkan selama satu malam 
4. Larutan disaring dan diencerkan dengan 60 liter air 
5. Larutan siap diaplikasikan untuk 1 ha lahan 

5. Ekstrak Gatem (Gadung dan Tembakau)
OPT sasaran: wereng hijau, wereng batang coklat 
Bahan: 
1. 1 kg gadung 
2. 1 ons tembakau 
3. 10 tutup PHEFOC 
4. Air 5 liter 
Cara membuat: 
1. Gadung dikupas, dicuci dan diparut. 
2. Hasil parutan ditamban dengan 3 gelas air dan dibiarkan selama 12 sampai 24 jam 
3. Tembakau direndam dalam 2 gelas air dan dibiarkan selama 12 sampai 24 jam 
4. Kedua bahan dicampur dan diaduk hingga tercampur merata 
5. Bahan disaring 
6. Ekstrak Gatem diencerkan dengan dosis 2 – 2.5 gelas untuk 1 tangki sprayer. 

6. Ekstrak Gadung 
OPT sasaran: walang sangit dan ulat-ulat hama padi 
Bahan: 
1. 1 kg gadung 
2. PHEFOC 10 tutup 
2. Air secukupnya 
Cara membuat: 
1. Gadung dikupas, dicuci, dan diparut lalu diperas dengan kain bersih 
2. Air perasan itulah yang mengandung racun dengan dosis 5 – 10 ml /liter air. 
3. Kocok terlebih dahulu sebelum digunakan. 
4. Larutan disemprotkan ke lahan. 
5. Serangga mati dalam 1 – 2 jam, ulat mati dalam 5 – 6 jam 

7. Ekstrak Biji Mahoni 
 OPT sasaran: wereng dan belalang 
Bahan: 
1. 40-60 biji mahoni 
2. 5 tutup PHEFOC 
3. 1 liter air 
Cara membuat: 
1. Biji Mahoni ditumbuk halus 
2. Hasil tumbukan biji mahoni di larutkan dalam 1 liter air + PHEFOC 
3. Biarkan 1 malam 
4. Siap diaplikasikan/disemprotkan 

8. Ekstrak daun mimba, sirih, tembakau, kipahit 
OPT sasaran: kutu, kepik, dan ulat 
Bahan: 
1. Daun mimba, sirih, tembakau, kipahit
Cara membuat: 
1. Semua bahan dicampur kemudian ditumbuk halus 
2. Direndam dengan air selama 7 hari + PHEFOC 5 tutup 
3.Siap disemprotkan 

9. Ekstrak Tanaman Tuba 
 OPT sasaran: berbagai hama 
Bahan: 
1. Akar dan Kulit Kayu Tuba 
2. PHEFOC 5 Tutup 
3. Air 1 liter 
Cara membuat: 
1. Akar dan kulit kayu tanaman Tuba ditumbuk sampai halus 
2. Campur dengan air untuk dibuat ekstrak 3. Campurkan setiap 6 sendok makan ekstrak tersebut dengan 3 ltr air 
4. Siap diaplikasikan 

10. Ekstrak Bawang putih 
 a. OPT sasaran: hama serangga 
Bahan: 
1. Bawang putih atau bawang bombai 
2. Cabai merah 
3. Sabun/detergen
4. 10 tutup PHEFOC  
5. Air 
Cara membuat: 
 1. Bawang putih atau bawang bombai ditambah cabai digiling 
 2. Tambahkan air secukupnya 
 3. Diamkan selama 1 jam 
 4. Tambahkan 1 sendok sabun/detergen 
 5. Diaduk hingga rata 
 6. Ditutup dan ditempatkan di tempat yang dingin 7 – 10 hari 
 7. Siap digunakan dengan menambahkan air pada ekstrak secukupnya 

b. OPT sasaran: bakteri/layu bakteri pada tanaman tomat 
 Bahan: 
1. Bawang putih 
2. PHEFOC 5 tutup 
3. Air 
Cara membuat: 
 1. Ambil 4-6 siung bawang putih untuk diblender 
 2. Larutkan dalam air setengah gelas 
 3. Siramkan sekitar 10 ml (2-3 sendok) pada daerah perakaran + air 1 liter 
 4. Cara lain tanam 1-2 umbi bawang putih di sekitar daerah perakaran, bawang putih mengandung senyawa antibiotik alami yang dapat membunuh bakteri. 

 11. Ekstrak Daun Kemangi 
 OPT sasaran: beberapa hama 
 Bahan: 
1. Daun kemangi 
2. Air 
Cara membuat: 
1. Ambil beberapa daun kemangi segar dikeringkan lalu direbus 
2. Didinginkan terlebih dahulu lalu disaring 
3. Hasil saringan digunakan mengendalikan beberapa hama bisa tambahkan PHEFOC 1 tutup / 2 Liter Liter air 

12. Larutan Tanaman Tomat 
 OPT sasaran: berbagai hama 
 Bahan: 
1. Batang dan daun tomat 
2. Air 
Cara membuat: 
1. Batang dan daun tomat direbus hingga mendidih 
2. Didinginkan terlebih dahulu lalu disaring 
3. Hasil saringan digunakan mengendalikan beberapa hama bisa tambahkan PHEFOC 1 tutup /2 Liter air 


 13. Temu-Temuan (kencur, kunyit, temu hitam) 
 OPT sasaran: berbagai hama serangga
 Bahan: 
1. Kencur, kunyit, temu hitam 
2. Urin sapi 
3. PHEFOC 10 tutup
3. Air 
Cara membuat: 
1. Bahan temu-temuan ini ditumbuk halus 
2. Kemudian dicampur dengan urin sapi 
3. Campuran ini di encerkan dengan air 1 : 2-6 

14. Ekstrak mengkudu, tembakau 
 OPT : Walang sangit 
 Bahan: 
a. Buah mengkudu 2 kg 
b. Tembakau 2 ons 
c. Deterjen, sabun colek 2 sendok 
d. PHEFOC 10 tutup
e. Air 5 ltr 
 Cara pembuatan: 
 1. Mengkudu dan tembakau dihancurkan 
 2. Campur dengan air 5 ltr 
 3. Disaring 
 4. Airnya dimasukan wadah + PHEFOC 10 tutup,  ditutup rapat 
5. Diamkan selama 3 hari  
Aplikasi: Larutan125 ml : 15 ltr air (volume sprayer) 

 15. Ekstrak daun sirih  
OPT : walang sangit 
 Bahan : 
a. Daun sirih 1 genggam 
B. PHEFOC  5 tutup
b. Sabun colek 2 sendok 
 Cara pembuatan: 
 1. Sirih diekstrak ambil airnya 
 2. Campur dengan sabun diaduk Aplikasi: Dua gelas larutan untuk 1 tangki  sprayer (15 ltr) 

16. Keong Mas/bekicot (pestisida hewani)
 OPT : Walang sangit 
 Bahan : 
a. Keong Mas/bekicot 
 Cara pembuatan : 
 a. keong mas/bekicot dipisahkan antara daging dan cangkangnya dengan cara di tumbuk 
 b. daging ditusuk dengan bambu kemudian ditancapkan di setiap sudut pematang sawah 
 c. klo kering disiram air biar timbul bau amis 

17. Larutan daun surian, bawang putih, lengkuas, brotowali, serai wangi, pinang sinawa 
 Bahan : 
a. Daun Surian 5 ons 
b. Bawang putih 2 ons 
 c. Lengkuas 3 ons 
 d. Brotowali 4 ons 
 e. Serai wangi 4 ons 
 f. Pinang senawa 3 buah 
 g. Urin kambing 1 ltr 
 h. PHEFOC 5 tutup 
 Cara pembuatan: 
 a. Semua bahan ditumbuk halus 
 b. Masukan dalam ember yg berisi air 10 ltr aduk sampai rata + PHEFOC 
 c. Disaring kemudian dicampur dengan urin kambing. 
 d. Difermentasikan sekitar 15 hari. 
 Aplikasi Disemprotkan pada tanaman dengan perbandingan 0,5 ltr bahan : 10 ltr air 

18. Labu kayu dan talas Areal sawah dikeringkan tetapi pada parit-parit masih terairi. Talas dipotong-potong kemudian ditaburkan untuk pengikat keong mas, setelah keong mas terkumpul labu kayu disebar. 

19. Kecubung hitam Dipinggiran sawah dipasang patok-patok dan keong mas tersebut cenderung bertelur di patok-patok tersebut lalu telur-telur tersebut di semprot dengan kecubung hitam.
 
20. Umbi gadung 
 OPT : tikus  
Bahan : 
a. Umbi gadung 1 kg 
b. Tepung ikan 1 ons 
 c. Tepung sagu secukupnya 
 d. Dedak 
 e. Air secukupnya 
Cara pembuatan : Dibentuk seperti pelet
 
21. Banglai, temu lawak  
OPT : Lalat buah 
Bahan : 
a. Banglai 0,5 kg/jeringo 
 b. Temu lawak 0,5 kg 
 c. PHEFOC 5 TUTUP  
d. Air 1,5 liter Aplikasi : Dilarutkan dengan air untuk disemprotkan 1 : 10

Jumat, 10 Januari 2020

Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia

 

Hewan pemamah biak adalah sekumpulan hewan pemakan tumbuhan yang mencerna makanannya dalam dua langkah: pertama dengan menelan bahan mentah, kemudian mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna dari perutnya dan mengunyahnya lagi

Lambung hewan-hewan ini tidak hanya memiliki satu ruang (monogastrik) tetapi lebih dari satu ruang (poligastrik, harafiah: berperut banyak).  

SKEMA PROSES PENCERNAAN TERNAK RUMINANSIA

Proses pencernaan hewan ruminansia yaitu makanan ⇒ mulut ⇒ kerongkongan ⇒ rumen ⇒ reticulum ⇒ sebagian kembali ke mulut ⇒ makanan dikunyah ulang⇒ kerongkongan ⇒ omasum ⇒ abomasum ⇒ usus halus ⇒ usus besar ⇒ rektum ⇒ anus.

Hewan pemamah biak secara teknis dalam ilmu peternakan serta zoologi dikenal sebagai ruminansia. Hewan-hewan ini mendapat keuntungan karena pencernaannya menjadi sangat efisien dalam menyerap nutrisi yang terkandung dalam makanan, dengan dibantu mikroorganisme di dalam perut-perut pencernanya.

Semua hewan yang termasuk subordo Ruminantia memamah biak, seperti sapi, kerbau, kambing, domba, jerapah, bison, rusa, kancil.

Ternak ruminansia terdiri dari ruminansia besar diantaranya sapi dan kerbau dan ruminansia kecil diantaranya kambing dan domba. Ruminansia memiliki sistim pencernaan yang berbeda dengan ternak yang lain.  

Sistim pencernaan ruminansia memiliki beberapa tahapan dalam mencerna makanan.  Mengetahui sistim pencernaan ternak yang dipelihara oleh peternak sangat bermanfaat untuk mengetahui bagaimana cara kerja saluran pencernaan sehingga memudahkan dalam penanganan jika terjadi kasus-kasus pada pencernaan. 

Pencernaan adalah tempat dimana makanan diperoses di dalam tubuh. Pencernaan ternak ruminansia berbeda dengan ternak yang lain, ternak ruminansia memiliki lambung ganda.  Proses pencernaan  ternak ruminansia terjadi secara mekanis (didalam mulut), secara fermentatif (oleh enzim-enzim pencernaan) (Sutardi, 1979).  Organ pencernaan pada ternak ruminansia terdiri dari mulut, rumen, retikulum, omasum, abomasum, usus halus, sekum, kolon dan rektum.  Rumen memiliki ukuran yang paling besar yaitu 80 %, retikulum 5 %, omasum 7 % dan abomasum 8 % (Church, 1988). 

A. Pencernaan Secara Mekanis

            Pencernaan secara mekanis dilakukan di dalam mulut, HPT yang telah direnggut dikunyah didalam mulut kemudian di telan, setelah istirahat dikeluarin kembali dan dikunyah lebih halus, hal ini disebut memamah biak. Pengunyahan di dalam mulut bercampur dengan saliva (air liur) untuk membantu proses pengunyahan dan menelan makanan.   Saliva memiliki pH sekitar 8,2 dan dengan kandungan sodium bikarbonat yang tinggi.  Saliva berfunsi sebagai buffer yang membantu menetralkan pengaruh asam dari pakan yang dikonsumsi ternak  setelah masuk ke dalam rumen.

B.  Pencernaan pada Rumen

            Rumen disebut juga perut besar karena merupakan bagian lambung terbesar di dalam sistem pencernaan ternak ruminansia.  Permukaan rumen dilapisi oleh papilia. Rumen berfungsi sebagai tempat fermentasi oleh mikroba, tempat absorbsi VFA dan tempat pencampuran pakan. Rumen sapi memiliki berbagai jenis bakteri yang berbeda dengan jumlah yang sangat banyak dan beberapa tipe protozoa yang membantu memanfaatkan serat dari bahan pakan dan sumber Nitrogen non protein. Rumen pada ternak ruminansia memiliki ukuran yang paling besar dibandingkan dengan lambung yang lainnya.  pH ideal dalam rumen adalah 6-7, pada pH tersebut mikroorganisme akan tumbuh dengan baik.  Jika pH rumen sering terjadi perubahan diluar pH 6-7 maka sebagian dari jenis mikroorganisme akan mati sehingga mengurangi pemanfaatan pakan yang di proses di dalam rumen.  Pemberian konsentrat dengan persentase yang tinggi dapat meningkatkan performa ternak dalam jangka waktu yang pendek namun pemberian konsentrat dengan persentase yang tinggi dapat menyebabkan asidosis.  Jika produksi VFA dan asam laktat tinggi dan melebihi kapasitas absorbsinya dan kemampuan menuju gastro intestinal maka akan terjadi asidosis.

Bakteri menghasilkan enzim untuk menguraikan makanan sehingga membantu ternak memanfaatkan nutrisi yang ada di dalam pakan.  Lingkungan bakteri harus memiliki kondisi pH maupun suhu yang sesuai dengan pertumbuhannya. Fermentasi dalam rumen terjadi konversi karbohidrat menjadi volatile fatty acids (VFA) dan gas serta menkonversi selulosa menjadi energi.  Produksi gas di dalam rumen terdiri dari methan dan karbondioksida yang berjumlah 20-40% (DeLaval, 2002). Jika gas menumpuk dalam rumen akan dikeluarkan melalui sendawa. 

C.  Pencernaan pada Retikulum

Retikulum disebut juga perut jala karena permukaan bagian dalamnya mirip dengan jala atau sarang lebah.   Rumen dengan retikulum hampir tidak berjarak. Retikulum juga membantu regurgitasi (ruminasi).  Retikulum berfungsi sebagai tempat fermentasi pakan oleh mikroorganisme.  Hasil fermentasi retikulum diantaranya adalah VFA, amonia dan air. Bahan pakan yang difermentasi terutama VFA, amonia dan air pada retikulum mulai diabsorbsi.

D.  Pencernaan pada Omasum

Omasum adalah lambung ketiga dari ternak ruminansia.  Omasum disebut perut buku karena memiliki lipatan-lipatan seperti buku berupa lipatan-lipatan logitudinal.  Pencernaan pada omasum masih terjadi fermentasi mikroorganisme.  Omasum berfungsi sebagai pengatur arus ingesta ke abomasum dan menyaring partikel yang besar.  Terjadi penyerapan air yang terkandung di dalam hijauan pakan ternak oleh dinding omasum, di dalam omasum enzim bekerja menghaluskan hijauan.

E.  Pencernaan pada Abomasum

Abomasum terbagi atas tiga bagian yaitu : florika yang merupakan sekresi mukus, fundika (sekresi pepsinogen, renin dan mukus) dan Kardia yang merupakan sekresi mukus.  Abomasum tempat permulaan pencernaan protein dan mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum.  Pakan di abomasum akan dicerna kembali dengan bantuan asam klorida dan berbagai enzim.  Asam klorida membantu mengaktifkan enzim pepsinogen melakukan pencernaan.

F.  Pencernaan pada Usus Halus

Setelah selesai pencernakan pakan di abomasum maka akan dilanjutkan ke usus halus.  Usus halus terdiri dari duodenum, jejenum dan ileum. Dodenum kondisinya asam sehingga bakteri dari lambung tidak bisa hidup di duodenum.  Kondisi asam akibat dari percampuran asam dari abomasum, getah pankereas, hati, kantung empedu dan kelenjar dari usus halus.  kemudian makanan akan mengalami pencernaan dengan bantuan enzim yang dihasilkan dari dinding usus. Makanan pada tahap ini partikelnya lebih halus.  Setelah itu makanan berlanjut pada ileum, ileum memiliki banyak vili yang berfungsi memperluas bagian penyerapan sehingga penyerapan akan lebih optimal.

G.  Pencernaan pada Usus Besar

            Usus besar kususnya caecum dan kolon, Sisa-sisa dari pencernaan sebelumnya didorong dengan peristaltik usus ke usus besar.  Sisa-sisa dari pencernaan sebelumnya masih mengandung mineral dan air. Penyerapan mineral dan air paling banyak di usus besar, penyerapan terjadi melalui dinding usus.  Zat-zat yang diserap akan didistribusikan ke seluruh tubuh yang membutuhkan, sedangkan sisa atau ampas dari penyerapan  akan dikeluarkan melalui rektum.

Minggu, 05 Januari 2020

Cara Membuat Pupuk Organik Cair yang Lengkap Unsur Hara Makro dan Mikro

 


Pupuk organik cair
 adalah pupuk yang tersedia dalam bentuk cair, POC dapat diartikan sebagai pupuk yang dibuat secara alami melalui proses fermentasi sehingga menghasilkan larutan hasil pembusukan dari sisa tanaman, maupun kotoran hewan atau manusia. Bagi sebagian orang pupuk organik cair lebih baik untuk digunakan karena terhindar dari bahan-bahan kimia/sintetis serta dampak yang baik bagi kesehatan. Pupuk organik cair terdiri dari mikroorganisme yang berperan penting dalam membantu pertumbuhan tanaman 

Bahan-bahannya:

Urin ternak            60   %

Air kelapa           40   %

Air Gedebog busuk   10 liter

Rumen            10   %

Gula pasir            1 kg

Pepaya                10 kg

Nanas                 5  kg

Serabut kelapa      ½  sak

SOT - HCS              2  liter

Bio power            1  botol

Di fermentasi 7 Hr, setiap 2hr di buka.

Cara pembuatanya bisa lihat video di bawah ini 


 Dosis penggunaan:

Utk tanaman berdaun keras 200 ml/ tangki 15 liter 

Utk sayuran 100 ml / tangki 15 liter 

👉 Pemesanan SOT dan Bio Power Hub WA 08985674435